Arsip
Reportase

Sabtu, 10 Desember 2011 di Festival Film Dokumenter 2011, Yogyakarta. Filem Dongeng Rangkas mendapat penghargaan Film Dokumenter Panjang Terbaik, diwakili oleh kawan kami Riezky Andhika Pradana (Kikie Pea) yang menerima penghargaan. Dewan Juri memberikan catatan untuk Dongeng Rangkas sebagai berikut:

  1. Mengangkat isu yang berani
  2. Treatment yang subtil, halus dan cermat
  3. Kegigihan untuk tidak terperangkap pada simpulan besar
  4. Penyajian ritme yang apik
  5. Menandai keberhasilan kerja kolaboratif dalam dokumenter

“Filem ini didedikasikan untuk sinema Indonesia yang lebih baik, seluruh penggerak komunitas filem, dan aktivitas  gerakan sosial di Indonesia. Sinema adalah pengetahuan, bukan hanya barang dagangan”, sepenggal teks dari Hafiz yang diucapkan Kikie di atas podium.

Teringat sebuah tulisan dari Sjumandjaja, Membicarakan Film Indonesia: Di Tangan Borjuis Kelontong, Film Hanya Barang Dagangan yang dimuat pada majalah Analisa terbitan 24 Juli 1977 dan di terbitkan kembali secara online oleh Jurnal Footage[1]: “Memang ada alasan untuk gelisah. Sebab sinematografi di Indonesia lahir dan berkembang dan berada di bawah kegiatan mereka yang bukan seniman filem. Dia berada di bawah kegiatan bisnis. Dan celakanya, bukan di bawah kapitalis-kapitalis atau borjuis-borjuis kelas wahid atau bisnis kelas satu, tetapi berada di bawah kekuasaan orang bisnis kelas ‘kelontong’. Pedagang kelontong. Borjuis kelontong.”

Selamat kawan-kawan Forum Lenteng, Saidjah Forum dan akumassa. Mari Rayakan! Filem bukan hanya untuk hiburan, karena ia juga pengetahuan. Mari terus berjuang!

Lanjut Baca

25 September 2011, Paju, Korea Selatan. Dongeng Rangkas mendapat kesempatan dipresentasikan secara khusus dalam Program ‘Asian Perspective’ di 3rd DMZ-Docs (Festival Dokumenter Internasional Korea). Sebuah kesempatan pertama film ini diputar secara perdana untuk dunia.

 

[1] Dari brosur Paju Bookcity, 2011

Kotabuku Paju, Sebuah Kota Untuk Memulihkan Sisi Kemanusiaan Yang Hilang.1

Kotabuku, terletak di sisi jalan dari Jalan Bebas Hambatan Jayu menuju Paju (di barat-laut kota Seoul), adalah komunitas budaya-penerbitan. Proyek Kotabuku dirancang untuk membangun sebuah kota industri khusus untuk buku-buku termasuk perencanaan, penerbitan dan pendistribusian oleh penerbit-penerbit. Diinisiasi pada 5 September 1989 dan mulai dibangun pada 30 Juni 1999, dengan harapan ‘Untuk memulihkan sisi kemanusiaan yang telah hilang. Kota Buku, maka dari itu, haruslah menjadi ruang untuk orang-orang’.

Jayu Expressway menuju Kota Paju

Jayu Expressway menuju Kota Paju

Jayu Expressway menuju Kota Paju

 

3rd DMZ-Docs, Festival Dokumenter Internasional Korea 2001

[2] Korean Demilitarized Zone (Zona Demiliterisasi Korea), segaris tanah yang melintasi Semenanjung Korea yang berfungsi sebagai zona penyangga antara Korea Utara dan Korea Selatan. DMZ memotong kira-kira setengah dari Semenanjung Korea. Panjangnya 250 kilometer, kira-kira lebarnya 4 kilometer dan itu adalah perbatasan militer terbesar di dunia. Northern Limit Line (NLL—Garis Batas Utara) adalah batas maritim de facto antara Koea Utara dan Korea Selatan di Laut Kuning dan pesisir pantai serta pulau-pulau di kedua sisi NLL juga sangat demiliterisasi. –wikipedia.

Kali ketiga, DMZ-Docs diadakan di Paju Bookcity. “DMZ2, merepresentasikan negara kita dari gencatan senjata, adalah sebuah lokasi dimana kita menyadari nilai sebenarnya dari ‘perdamaian’ dan ‘komunikasi’. Kami kadang cenderung melupakan nilai-nilai ini. Ini adalah alasan untuk memiliki festival dokumenter di DMZ. Melalui kekuatan dokumenter, kita kembali akan menyadari nilai perdamaian dalam ruang DMZ. Festival Dokumenter Internasional Korea DMZ adalah di mana ruang dari kemungkinan (DMZ) bertemu dengan film tentang kemungkinan (Dokumenter melalui pertemuan ini, anda akan dapat mengalami pengalaman tak berbatas dari nilai-nilai anda” (Dikutip dari katalog resmi 3rd DMZ-Docs).

Pagar batas DMZ

Pagar batas DMZ

Pagar batas DMZ

Pagar batas DMZ

Pagar batas DMZ

Lanjut Baca

Pada Jumat, 9 September 2011, filem Dongeng Rangkas diputar di Kineforum Jakarta —sebuah ruang altenatif untuk tontonan filem-filem berkelas di Jakarta. Ruang ini dikelola oleh Dewan Kesenian Jakarta. Pada kesempatan ini, filem Dongeng Rangkas dipresentasikan pada 5 sesi pemutaran di tempat ini (dalam lima hari yang berbeda). Tepat pada pukul 19.30 WIB, pengelola Kineforum meminta para penonton untuk memasuki sinema. Ruangan yang berisi 45 bangku yang nyaman ini, langsung terisi penuh.

Untuk presentasi ini, dibuka oleh Hafiz yang menerangkan latar belakang pembuatan Dongeng Rangkas. Pada kesempatan ini juga diperkenalkan para sutradara yang hadir yaitu; Andang Kelana, Syaiful Anwar dan Hafiz. Fuad Fauji dan Badrul Munir berhalangan hadir, karena masih sibuk mengurus presentasi di Lebak-Banten dan persiapan mereka berangkat ke DMZ Korean International Documentary Film Festival pada 22-28 September 2011.

Lanjut Baca

Kamis, 25 Agustus 2011, diadakan pemutaran kedua untuk publik filem Dongeng Rangkas. Pemutaran ini berlangsung dalam suasana berbuka puasa. Tepat pukul 19.00WIB, sekitar 70-an penonton dipersilahkan masuk ke ruang RURU gallery untuk memulai pemutaran. Dibuka dengan pengantar oleh Hafiz (Ketua Forum Lenteng) yang mencerita ide dasar dari filem ini dan memperkenalkan para sutradara yang hadir; Syaiful Anwar, Andang Kelana dan Hafiz. Badrul Munir dan Fuad Fauji berhalangan hadir, karena sedang mengurus pemutaran Dongeng Rangkas di Rangkasbitung.

Lanjut Baca