Pada Jumat, 9 September 2011, filem Dongeng Rangkas diputar di Kineforum Jakarta —sebuah ruang altenatif untuk tontonan filem-filem berkelas di Jakarta. Ruang ini dikelola oleh Dewan Kesenian Jakarta. Pada kesempatan ini, filem Dongeng Rangkas dipresentasikan pada 5 sesi pemutaran di tempat ini (dalam lima hari yang berbeda). Tepat pada pukul 19.30 WIB, pengelola Kineforum meminta para penonton untuk memasuki sinema. Ruangan yang berisi 45 bangku yang nyaman ini, langsung terisi penuh.

Untuk presentasi ini, dibuka oleh Hafiz yang menerangkan latar belakang pembuatan Dongeng Rangkas. Pada kesempatan ini juga diperkenalkan para sutradara yang hadir yaitu; Andang Kelana, Syaiful Anwar dan Hafiz. Fuad Fauji dan Badrul Munir berhalangan hadir, karena masih sibuk mengurus presentasi di Lebak-Banten dan persiapan mereka berangkat ke DMZ Korean International Documentary Film Festival pada 22-28 September 2011.

Lanjut Baca

Kamis, 25 Agustus 2011, diadakan pemutaran kedua untuk publik filem Dongeng Rangkas. Pemutaran ini berlangsung dalam suasana berbuka puasa. Tepat pukul 19.00WIB, sekitar 70-an penonton dipersilahkan masuk ke ruang RURU gallery untuk memulai pemutaran. Dibuka dengan pengantar oleh Hafiz (Ketua Forum Lenteng) yang mencerita ide dasar dari filem ini dan memperkenalkan para sutradara yang hadir; Syaiful Anwar, Andang Kelana dan Hafiz. Badrul Munir dan Fuad Fauji berhalangan hadir, karena sedang mengurus pemutaran Dongeng Rangkas di Rangkasbitung.

Lanjut Baca

[youtube rahQpLMcy5A 546]

Lanjut Baca

Lanjut Baca

Di Rekonvasi Bhumi, Dongeng Rangkas ditayang khusus untuk kalangan Pers Banten. Forum Lenteng bekerjasama dengan Komunitas Sebumi sebagai fasilitator acara, memulai acara ini sekitar pukul 15.00 WIB. Sekitar 40 orang menonton film ini. Diskusi-diskusi yang terjadi sangat aktif, dari permasalahan pemilihan lokasi film di sekitar Kampung Jeruk, Rangkasbitung yang menimbulkan pertanyaan, “Apa cukup mewakili Rangkasbitung?”.

Pertanyaan-pertanyaan tentang eksploitasi kemiskinan sebagai sebuah stereotipe ide film yang diajukan salah satu wartawan, dan dijawab dengan pertanyaan balik “Di bagian yang mana eksploitasi itu ditampilkan dalam film?, apakah ada?”.

Setelah tanya jawab selesai, acara berakhir dengan buka puasa bersama dan diskusi informal, di Graha Bhumi, Rekonvasi Bhumi, Serang-Banten. Didukung oleh Forum Diskusi Wartawan Harian (FDWH), Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) Banten, Facebook Banten News, Suhud Media Promo, Rekonvasi Bhumi dan Komunitas Sebumi penayangan khusus inipun berlangsung sukses.

dsc_0338

Minggu, 7 Agustus 2011
14:00-19:00 WIB
Rekonvasi Bhumi
Jalan Joenoes Soemantri
No. 4/20 RT 01/01
Kelurahan Tembong
Kecamatan Cipocok Jaya
Serang, Banten

 


Foto oleh Juve Sandy

Lanjut Baca

Dimulai kurang lebih pukul 19.30 WIB, dengan setidaknya 80 penonton, Hafiz sebagai ketua Forum Lenteng dan salah satu sutradara membuka acara penayangan ini. Delapan tahun sudah Forum Lenteng bergerak (13 Juli 2003-13 Juli 2011), film ini adalah dokumenter feature panjang pertama yang dikerjakan Forum Lenteng bersama Saidjah Forum dibawah program akumassa. Diselingi diskusi sekitar 20 menit, acara berlanjut dengan silaturahmi sembari memakan tahu goreng yang dibawa langsung dari Rangkasbitung.

img_2786

28 Juli 2011
19.30 – 22.00 WIB
Goethe Haus
Goethe-Institut Jakarta
Jl. Sam Ratulangi 9-15
Menteng-Jakarta Pusat
10036

 


 Foto oleh M. Gunawan Wibisono

Lanjut Baca

18 – 27 Mei 2011
Rangkasbitung
Lebak-Banten

Lanjut Baca

Ditulis oleh Winda Anggriani dan telah terbit di tulisanda.blogspot.com pada 28 Juli 2011 pukul 21:40 WIB.
– –

Rangkasbitung, pasar, stasiun kereta api, musik underground, dan tahu. Apa hubungannya?

Dua puluh sembilan Juli dua ribu sebelas di Goethe Institut, Pusat Kebudayaan Jerman. Pukul tujuh malam, Forum Lenteng menggelar pertunjukkan perdana film berlabel Dongeng Rangkas. Tentang dua orang anak manusia, Kiwong dan Iron. Bekerja sama dengan Komunitas Saidjah Forum, film ini berusaha memaparkan situasi masyarakat Rangkasbitung dengan hiruk-pikuk di sekitarnya. Adakah sesuatu yang ingin diungkap dalam penggambaran visual ini?

Pasar, kereta api, dan penjual tahu menjadi benang merah yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari film bertajuk Dongeng Rangkas. Pasar dan kereta api, melatari hampir keseluruhan inti kisahan yang ingin disampaikan kepada penonton. Lalu proses pembuatan tahu sampai upaya menjajakannya kepada pembeli, menjadi daya tarik tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas dua tokoh sentral ini. Hal yang stereotip diketahui masyarakat awam mengenai masyarakat setempat, coba diungkap lebih mendalam dan menjadi “sesuatu” yang berbeda—sebagai wacana baru—bagi penonton yang belum atau sudah tahu tentang Rangkasbitung.

Lanjut Baca

Artikel ini telah terbit dalam notes facebook, Fesbuk Banten News pada Kamis, 9 Agustus 2011 pukul 04:33 WIB
– –

FESBUK BANTEN News – Secara kultur, Rangkas punya ciri khas.  Warganya cenderung berkarakter keras, lugas dan tegas (untuk tidak mengatakan kasar). Dari berbagai literatur yang ada, sesungguhnya peradaban Rangkas telah dibangun jauh sebelum Multatuli mencatatnya dalam buku yang monumental.

Di sana pernah hidup beberapa tokoh pergerakan. Sebut  saja misalnya Tan Malaka. Letaknya yang tak lebih dari 120 Kilometer dari ibukota Jakarta, tak membuat  Kabupaten yang dituliskan Multatuli itu tumbuh menjadi kota metropolis.

Di Rangkas, seakan tengah terjadi benturan budaya, antara kapitalisme yang metropolis, dengan sisa-sisa peradaban mistis yang tradisionalis dan metafisis. Dongeng Rangkas berhasil merangkum benturan budaya itu dalam dua sosok tukang tahu, yang sederhana, pekerja keras, namun punya mimpi dan kebebasan.

Lanjut Baca

Di Rekonvasi Bhumi, Serang-Banten
Minggu, 7 Agustus 2011. 14:00-19:00
Penayangan Film, Diskusi, dan Buka Puasa Bersama di Rekonvasi Bhumi. 
Alamat: Jalan Joenoes Soemantri No. 4/20, RT 01/01 Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya Serang, Banten

Khusus Undangan 


Bekerjasama dengan: Forum Diskusi Wartawan Harian (FDWH), Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) Banten, Facebook Banten News, Suhud Media Promo, Rekonvasi Bhumi, Komunitas Sebumi.

Lanjut Baca